Minggu, 05 Oktober 2008

senyum


senyum adalah istirahat bagi yang lelah, sinar bagi yang kecewa, matahari bagi yang sedih penangkal kesulitan yang terbaik.

senyum memang selalu indah ketika senyuman itu dikeluarkan dengan ke iklhasan di hati, senyum selalu menyejukkan baik utuk orang yang senyum mo pun yang disekelilingnya. apalagi ini hari lebaran, satu bulan mukakaya jeruk perut, sekarang saatnya senyum, he2k, ya kan

Pernahkah anda berada di sebuah ruang tunggu bersama orang-orang yang tidak saling kenal? Tentu membosankan bukan? Karena diantara anda maupun yang lainnya akan enggan untuk berbincang-bincang. Pekerjaan menunggu sangat menjemukan dan terkadang menegangkan, apa lagi dilalui dengan berdiam diri. Lain halnya jika sembari menunggu kita berinteraksi dengan orang-orang sekitar, bisa jadi jika pembicaraannya menarik, menunggu akan terasa lebih menyenangkan. Yang jadi permasalahannya adalah, “bagaimana cara kita memecah kebekuan diantara orang-orang tersebut”. Sebetulnya anda bisa memulai dengan melontarkan senyum pada seorang yang duduk di sebelah atau yang berhadapan langsung dengan anda. Dengan begitu orang tersebut kemungkinan besar akan membalas senyum anda. Kalau sudah begitu anda bisa langsung mulai dengan sebuah pertanyaan ringan seperti : apa kabar? Atau maaf jam berapa sekarang? Dan selanjutnya terserah anda.

Seorang psikolog di Universitas Michigan bernama Prof. James V. McConnell mengatakan bahwa, “Orang yang tersenyum cenderung mampu mengatasi, mengajar, dan menjual dengan lebih efektif, serta mampu membesarkan anak-anak yang lebih bahagia. Ada jauh lebih banyak informasi tentang senyuman daripada sebuah kerut di kening. Karena senyum itulah yang mendorong semangat, alat pengajar yang jauh lebih efektif daripada hukuman.”

Sahabat saya pernah berkata, “saat anda akan memulai sebuah presentasi, mulailah dengan senyuman lebar, karena hal itu dapat mengurangi rasa takut/gerogi.” Saya selalu mengingat kata-kata tersebut. Pada waktu itu untuk pertama kalinya saya akan melakukan presentasi dalam sebuah seminar bisnis. Mengingat banyaknya jumlah peserta yang hadir, rasa gerogi benar-benar telah menciutkan nyali saya. Namun setelah sahabat saya berkata seperti itu, saya seakan mendapat angin segar. Saya pun mengikuti apa yang ia sarankan, dan bisa tampil penuh percaya diri. Ternyata sebuah senyuman lebar mampu merilekskan pikiran yang tegang.

0 komentar:

Posting Komentar